Pembinaan Akhlak Mulia Melalui Keteladanan Dan Pembiasaan

Authors

  • Fitriyani MIs Qudsiyah, Lampung Utara

Keywords:

Pembinaan, Akhlak, Keteladanan, Pembiasaan

Abstract

Keteladanan dan pembiasaan dalam pendidikan amat dibutuhkan karena secara psikologis, peserta didik lebih banyak mencontoh prilaku atau sosok figur yang diidolakannya termasuk gurunya. Pembiasaan juga tak kalah pentingnya dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini disebabkan karena setiap pengetahuan atau tingkah laku yang diperoleh dengan pembiasaan akan sangat sulit mengubah atau menghilangkannya sehingga cara ini amat berguna dalam mendidik anak. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengambil lokasi di MTs. Al Inayah Kota Bandung. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pengamatan, wawancara mendalam dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menelaah seluruh data, mereduksinya, menyusunnya dalam satuan, mengkategorikannya, memeriksa keabsahan data kemudian menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Pelaksanaan pembinaan akhlak mulia di MAN 4 Batang Hari terimplementasikan ke dalam program rutinitas dan insindental yang menjadi keharusan bagi peserta didik. Adapun bentuk keteladanan yang ditunjukkan oleh guru-guru meliputi disiplin waktu, disiplin menegakkan aturan, disiplin dalam bersikap, disiplin dalam beribadah. Sedangkan pembiasaan meliputi pembiasaan mengucapkan salam kepada guru ketika bertemu, membaca asmaul husna, tadarus Al-Qur`ān, sholat ḍuha berjamaah, Tausyiah ḍuḥa, berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran, muhaḍarah dan upacara bendera di hari senin, hidup bersih dan ekstrakurikuler kesenian dan keagamaan; (2) Materi pembinaan akhlak yaitu materi tentang kedisiplinan dan keagamaan;(3) Evaluasi yang dilakukan berbentuk rapat bulanan yang berisi laporan tentang sejauh mana pembinaan yang mereka lakukan dengan kepala madrasah sebagai controlling;(4) Faktor pendukung: a) adanya kerjasama yang baik antara pihak Kepala Madrasah, Guru, wali kelas dan seluruh tenaga kependidikan, b) faktor keluarga (orang tua) yang ikut berpartisipasi aktif dalam memberikan perhatian pada anak untuk selalu mengajarkan yang baik dan selalu menjadi tauladan yang baik, c) peserta didik sebagian berada di lingkungan pesantren sehingga keadaan peserta didik lebih terkontrol. Sedangkan faktor penghambatnya adalah: a) pergaulan peserta didik di luar jam pelajaran dengan lingkungan luar yang terkadang membawa arah yang negatif, b) pengawasan yang masih kurang dari guru bagi peserta didik yang tidak mengikuti pembiasaan, karena masih ditemukan peserta didik ketika membaca asmaul husna, tadarus Al-Qur`ān dan şalat ḍuha mereka belum serius, gaduh dalam pembelajaran, dan tidak melaksanakan şolat ẓuhur berjamaah c) teknologi yang sedikit banyak mengganggu peserta didik dalam belajar

References

Al-Syaibany, O. M.-T. (1976). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang. An-Nahlawi, A. (1996). Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat. Jakarta: Gema Insan Pers.

Arief, A. (2002). Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press. Daradjat, Z. (1989). Peranan Agama dalam Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.

Dhofier, Z. (1994). Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES. Hamid, M. M. (tt). Sunan Abi Dawud Juz 1. Indonesia: Maktabah Dahlan.

Hasan, M. (2002). Membentuk Pribadi Muslim. Yogyakarta: Pustaka Nabawi.

Hasyim, A. U. (2004). Menjadi Muslim Kafah: Berdasarkan Al Quran dan Sunnah Nabi SAW. Jogjakarta: Mitra Pustaka.

Kesuma, D. (2011). Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktek di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Maolani, L. (2003). Pembinaan Moral Remaja Sebagai Sumberdaya Manusia di Lingkungan Masyarakat. Bandung: PPS UPI

Downloads

Published

2022-10-08

Issue

Section

Articles